Setengah
jam menjelang adzan Dzuhur, dari kejauhan mata saya menangkap sosok tua
dengan pikulan yang membebani pundaknya. Dari bentuk yang dipikulnya,
saya hapal betul apa yang dijajakannya, penganan langka yang menjadi
kegemaran saya di masa kecil. Segera saya hampiri dan benarlah, yang
dijajakannya adalah kue rangi, terbuat dari sagu dan kelapa yang setelah
dimasak dibumbui gula merah yang dikentalkan. Nikmat, pasti. Satu yang paling khas dari penganan ini selain bentuknya yang kecil-kecil dan murah, kebanyakan penjualnya adalah mereka yang sudah berusia lanjut. "Tiga puluh tahun lebih bapak jualan kue rangi," akunya kepada saya yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraan bisa menemukan jajanan masa kecil ini. Sebab, sudah sangat langka penjual kue rangi ini, kalau pun ada sangat sedikit yang masih menggunakan pikulan dan pemanggang yang menggunakan bara arang sebagai pemanasnya.